BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Banyak orang suka minum susu tanpa
gula, tetapi adapula yang lebih suka minum air susu bergula. Dibeberapa negara
air susu sedikit asam merupakan minuman rakyat yang sangat digemari. Banyak
orang yang beranggapan, bahwa minum susu sedikit masam menyebabka awet muda.
Air susu demikian itu di Mesir terkenal sebagai leben, di negara-negara sekitar
Laut Tengah disebut kefir, di Asia terkenal sebagai kumis, dan di Eropa Timur
sebagai yoghurt.
Yogurt adalah suatu minuman yang dibuat dari susu sapi dengan cara fermentasi oleh bakteri Streptococcus Thermophilus dan Lactobacillus Bulgaricus. Bakteri ini adalah bakteri asam laktat yang mengubah laktosa dari susu biasa menjadi asam laktat.
Yogurt adalah suatu minuman yang dibuat dari susu sapi dengan cara fermentasi oleh bakteri Streptococcus Thermophilus dan Lactobacillus Bulgaricus. Bakteri ini adalah bakteri asam laktat yang mengubah laktosa dari susu biasa menjadi asam laktat.
Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba
penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi
ini dapat menyebabkan perubahan sifat bahan, sebagai akibat dari pemecahan kandungan
karbohidrat tersebut. Bakteri laktat (lactobacillus) merupakan kelompok mikroba
dengan habitat dan lingkungan hidup sangat luas, baik di perairan (air tawar
ataupun laut), tanah, lumpur, maupun batuan. Bakteri ini juga menempel pada
jasad hidup lain seperti tanaman, hewan, serta manusia (Sumantri, 2004). Yoghurt merupakan salah satu produk
hasil fermentasi susu yang paling tua dan cukup populer di seluruh dunia.
Bentuknya mirip bubur atau es krim tetapi dengan rasa agak asam. Selain dibuat
dari susu segar, yoghurt juga dapat dibuat dari susu skim (susu tanpa lemak)
yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan tertentu bergantung pada
kekentalan produk yang diinginkan. Selain dari susu hewani, belakangan ini
yoghurt juga dapat dibuat dari campuran susu skim dengan susu nabati (susu
kacang-kacangan) (Sumantri, 2004).
Air susu murni dinyatakan baik
sekali, jika terdapat kurang dari 200.000 mikroorganisme per mililiter dengan
perhitungan langsung dengan mikroskop atau perhitungan jumlah koloni namun
begitu susu segar kualitas bagus bukan jaminan, tetapi kebersihan merupakan
kunci utama berhasil atau tidaknya proses fermentasi ini. Untuk mendapatkan
kekentalan yang diinginkan dapat dilakukan penguapan terlebih dahulu, sebelum
susu di fermentasi atau bisa juga dengan penambahan susu skim.
Selain
dibuat dari susu segar, yougurt dapat juga dibuat dari susu skim (susu tanpa
lemak) yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan tergantung pada kekentalan
produk yang diinginkan. Yougurt umumnya disajikan dengan menambah terlebih
dahulu campuran lain seperti gula,sirup ataupun kopi (ekstrak kopi).
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah:
1.
Untuk
membantu nilai TAS
2. Menambah
pengetahuan dalam penulisan suatu laporan/skripsi
3. Agar
mahasiswa/i dapat mengetahui lebih mendalam proses pembuatan susu yoghurt.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Yoghurt
Susu asam atau yoghurt merupakan
produk fermentasi susu sapi dngan menggunakan bakteri yang dikenal sebagai alat
bantu prosesnya, bakteri asam laktat (Lactic
acid bacteria). Karakteristik dari produk yoghurt adalah memiliki bahan
kering minimal 12% dan PH berkisar 4,4-4,5, sehingga yoghurt rasa yang asam,
bau dan rasa yang khas. (Asmaki dkk, 2009).
Widowati (2003) menyatakan bahwa yoghurt adalah susu
fermentasi berbentuk semi solid yang dihasilkan melalui proses fermentasi susu
dengan menggunakan bakteri asam laktat. Yoghurt mengandung nilai nutrisi yang
lebih baik dibandingkan susu segar.
Yoghurt dikenal memiliki peranan penting bagi
kesehatan tubuh. Yoghurt cukup aman dikonsumsi bagi orang yang diare bila minum
susu karena tidak mampu mencerna laktosa atau yang disebut penderita lactose
intolerance. Yoghurt juga mampu menurunkan
kolesterol darah, menjaga kesehatan lambung dan mencegah kanker saluran
pencernaan. Berbagai peranan tersebut terutama karena adanya bakteri yang
digunakan dalam proses fermentasi yoghurt (Andayani, 2007). Yoghurt mengandung
bakteri hidup sebagai probiotik, yaitu mikroba dari makanan yang menguntungkan
bagi mikroflora di dalam saluran pencernaan.
Yoghurt
mengandung kultur aktif sehingga yoghurt merupakan produk probiotik. Apabila
bahan bakunya susu kedelai disebut soyghurt dan kalau dari susu kacang tanah
dinamakan susu kacang tanah terfermentasi atau peaghurt (Widowati, 2003).
Pada
prinsipnya, pembuatan yoghurt adalah upaya menumbuhkembangkan bakteri pada
susu. Mula-mula susu segar di
pasteurisasi atau dipanaskan pada suhu 72-80 derajat Celsius selama beberapa
menit, kemudian didinginkan hingga suhu 43 derajat Celsius. Selanjutnya,
ditambahkan starter sebanyak 2-5 persen dan di inkubasi pada suhu yang sama
selama 6-12 jam. Yang dimaksud starter adalah kultur salah satu atau campuran
bakteri tersebut di atas yang ditumbuhkan ke dalam susu. Setelah inkubasi,
jadilah yoghurt yang ditandai dengan susu menjadi kental dan beraroma asam
(Andayani, 2007).
2.2
Kualitas Susu
Kualitas susu dalam pembuatan yoghurt sangat berpengaruh
terhadap kualitas produk yoghurt yang dihasilkan, terutama kadar bahan kering. Bahan
krering produk yoghurt menurut standar mutu adalah minimal 12%, sehingga
membutuhkan bahan baku susu yang memiliki bahan kering yang mendekati 12%. (Asmaki dkk, 2009).
Menurut Adnan (1984), susu merupakan bahan pangan yang tersusun
oleh zat-zat makanan yang seimbang. Seperti halnya komoditas pertanian pada
umumnya, susu mudah rusak oleh mikroorganisme. Untuk mengatasi hal tersebut
perlu dilakukan pengolahan dan pengawetan, antara lain dengan fermentasi susu
menjadi yoghurt. Flavor khas yoghurt
disebabkan adanya asam laktat dan sisa-sisa asetaldehida, diasetil, asam
asetat, dan bahan-bahan mudah menguap lainnya yang dihasilkan oleh fermentasi
bakteri (Buckle et al. 1987). Yoghurt mempunyai nilai gizi yang lebih
tinggi daripada susu segar sebagai bahan dasar dalam pembuatan yoghurt,
terutama karena meningkatnya total padatan sehingga
kandungan zat-zat gizi lainnya juga meningkat.
Selain itu, yoghurt sesuai bagi penderita lactose intolerance atau yang
tidak toleran terhadap laktose.
Komposisi
zat gizi yoghurt ditentukan oleh bahan baku utamanya, yaitu susu. Umumnya,
yoghurt mengandung tidak kurang dari 0,8% asam laktat, 9,5% padatan susu
nonlemak, dan 3,0% protein. (Hariyadi,2005).
Perbedaan
minuman lactobacillus dengan yoghurt menurut
Carmen adalah, dalam proses pembuatannya, minuman lactobacillus hanya
menggunakan satu bakteri yaitu Lactobacillus bulgaricus. Sedangkan prinsip
pembuatan yoghurt adalah fermentasi susu dengan menggunakan bakteri
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Kedua macam bakteri
tersebut akan menguraikan laktosa (gula susu) menjadi asam laktat dan berbagai
komponen aroma dan citarasa. Lactobacillus bulgaricus lebih berperan pada
pembentukan aroma, sedangkan Streptococcus thermophilus lebih berperan pada
pembentukan cita rasa yoghurt (Handayani, 2006).
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Pembuatan Yoghurt
Susu dipanaskan
di atas kompor sampai mencapai suhu 900 c sambil diaduk-aduk dan
dipertahankan suhunya selama 10 menit, kemudian didinginkan sampai suhu 430
C. Inokulasi
starter (biakan L. bulgaricus dan S. thermophilus)
dengan perbandingan 1:1 dilakukan pada suhu 43-450 C sebanyak 2,5-3%
dari volume susu, diaduk merata kemudian disaring. Untuk jenis set yoghurt,
susu yang telah diinokulasi dengan starter dimasukkan ke dalam gelas-gelas
plastik yang telah direndam dalam air panas, sedangkan untuk stirred yoghurt,
susu yang telah diinokulasi dengan starter diinkubasi dalam inkubator (suhu 450
C) selama 4-6 jam. Setelah diinkubasi, yoghurt diaduk dan dan dikemas dalam
wadah sesuai ukuran yang diinginkan.
Dalam proses
pembuatan yoghurt akan terjadi pembentukan asam laktat, pembentukan flavoryang
memberikan cita rasa pada yoghurt, pembentukan tekstur yang semi padat yang
diakibatkan oleh koagulasi kasein, dan akibat penurunan pH.
Alat yang digunakan:
1. Panci penangas.
2. Seperangkat alat titrasi.
3. Erlenmeyer 500 ml.
4. Thermometer.
5. Pengaduk kaca.
6. Pembakar spiritus.
7. Gelas ukur.
1. Panci penangas.
2. Seperangkat alat titrasi.
3. Erlenmeyer 500 ml.
4. Thermometer.
5. Pengaduk kaca.
6. Pembakar spiritus.
7. Gelas ukur.
Bahan yang digunakan:
1. Kertas Alumunium foil.
2. Susu sapi
3. Susu skim.
4. Starter Streptococcus Thermophilus dan Lactobacillus Bulgaricus.
5. NaOH.
6. Indikator Phenopthalein.
1. Kertas Alumunium foil.
2. Susu sapi
3. Susu skim.
4. Starter Streptococcus Thermophilus dan Lactobacillus Bulgaricus.
5. NaOH.
6. Indikator Phenopthalein.
3.1.1 Tahap pasteurisasi
Setelah susu
murni ditambah skim, selanjutnya dilakukan proses pasteurisasi. Proses
pasteurisasi pada pembuatan yoghurt bertujuan membunuh atau menonaktifkan
organisme yang tidak diinginkan saat pembuatan yoghurt atau bakteri yang akan
bersaig dengan bakteri yoghurt. Pasteurisasi dapat dilakukan pada suhu 600 c
selama 30 menit, atau suhu 720c selama 15 detik.
3.1.2 Tahap pendinginan
Setelah
dilakukan pemanasan, segera lakukan pendinginan susu murni tersebut. Tujuan
pendinginan adalah menurunkan susu sapi sampai mencapai kondisi optimun bagi
pertumbuhan kultur starter. Suhu
kondisi optimum bagi pertumbuhan berkisar 40-450c
3.1.3 Tahap inokulasi
Inokulasi
merupakan proses penanaman kultur starter kedalam media susu murni yang
sebelumnya telah dilakukan pasteurisasi dan penurunan suhu. Kultur starter yang
digunakan adalah Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus dengan
perbandingan 1:1. Pada pembuatan yoghurt dosis kultur starter yang biasa
digunakan adalah 2-5%.
3.1.4 Tahap inkubasi
Bakteri yoghurt
di inkubasi pada suhu 450c selama 4-5 jam dalam incubator atau dapat
diinkubasi pada suhu ruang semalam. Yoghurt yang telah menggumpal kemudian
disimpan pada suhu 4-50c, untuk menghentikan atau memperlambat
proses fermentasi. Inkubasi pada suhu 430c selama 5 jam hingga
terbentuk penggumpalan.
3.2 Pengukuran pH
pH-meter diset terlebih dahulu dengan
menggunakan bufer yang 4,0, kemudian susu diukur pada pH-meter tersebut.
3.3 Kadar lemak susu dan yoghurt
Dilakukan berdasarkan metode Gerber. Tabung
butirometer diisi dengan 10 ml asam sulfat 91%, kemudian dimasukkan 11 ml
sampel dan 1 ml amil alkohol. Selanjutnya tabung ditutup dengan karet dan
dikocok hingga larut. Larutan kemudian disentrifusi selama 15 menit dengan
kecepatan 1.200 rpm, kemudian dimasukkan ke penangas air selama 5 menit sampai
lemak terlihat dan bisa
dibaca pada skala yang terdapat pada tabung butirometer.
3.4 Kelebihan Yoghurt
Bila di nilai dari kandungan gizinya, yoghurt tidaklah kalah dengan susu pada umumnya. Hal ini karena bahan dasar yoghurt adalah susu, bahkan ada beberapa kelebihan yoghurt yang tidak dimiliki oleh susu murni yaitu :
Bila di nilai dari kandungan gizinya, yoghurt tidaklah kalah dengan susu pada umumnya. Hal ini karena bahan dasar yoghurt adalah susu, bahkan ada beberapa kelebihan yoghurt yang tidak dimiliki oleh susu murni yaitu :
- Sangat cocok dikonsumsi oleh orang yang sensitif dengan susu (yang ditandai dengan diare) karena laktosa yang terkandung pada susu biasa sudah disederhanakan dalam proses fermentasi yoghurt.
- Bila dikonsumsi secara rutin bahkan mampu menghambat kadar kolestrol dalam darah karena yoghurt mengandung bakteri lactobasillus. Lactobasillus berfungsi menghambat pembentukan kolestrol dalam darah kita yang berasal dari makanan yang kita makan seperti jeroan atau daging.
- Meningkatkan daya tahan tubuh kita karena yoghurt mengandung banyak bakteri baik sehingga secara otomatis dapat menyeimbangkan bakteri jahat yang terdapat dalam susu kita.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari penulisan di atas dapat disimpulkan bahwa:
·
Susu asam atau yoghurt
merupakan produk fermentasi susu sapi dengan menggunakan bakteri yang dikenal
sebagai alat bantu prosesnya, bakteri asam laktat (lactic acid bacteria)
·
Pembuatan yoghurt adalah
upaya menumbuhkembangkan bakteri pada susu.
·
Yoghurt cukup populer
karena nilai gizi yang tinggi.
·
Inovasi yang berkembang
dalam pembuatan yoghurt antara lain dengan melakukan kombinasi antara ekstrak
nabati dengan susu dalam pembuatan yoghurt.
4.2 Saran
Sebagai saran penulis dapat menyadari
bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan kelemasan yang perlu
disempurnakan, karena terbatasnya buku-buku pustaka. Maka dari itu penulis
mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat konstuktif sangat diharapkan, baik
dari Dosen pengasuh mata kuliah Teknologi Hasil Ternak, maupun temen-teman yang
telah berpengalaman dalam penyusunan suatu makalah, supaya penyusunan makalah ini lebih
sempurna di hari esok.
DAFTAR PUSTAKA
·
Amaski. P. A., dkk “ Budidaya Usaha Pengolahan Agribisnis Ternak
SapiCV. Pustaka Grafika, Bandung 2009
·
Adnan, M. 1984. Kimia dan
Teknologi Pengolahan Air Susu. Andi Offset, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar